puisi

puisi
puisi BILA CINTA TAK SAMPAI

Semoga Hari Bahagia Selalu


Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Monday 28 June 2010

ALAM

Renungan 6
JAJANAN MALAM MIMGGU
dari nani tandjung


ALAM



Inilah sebuah pemikiran sederhana. Bukalah halaman awal pada buku ilmu alam atau buku ilmu fisika, kita akan membaca tentang alam, isi alam, benda-benda, benda padat, cair dan gas. Mari kita ngobrol tentang alam.

Kita diberitahu bahwa sebuah benda padat seperti es jika mencair, benda itu bukan lagi bernama benda padat tetapi sudah berubah menjadi benda cair. Jika benda cair dipanaskan dia akan menguap, maka benda cair itu bukan lagi bernama benda cair tetapi sudah menjadi benda gas. Benda padat yang berada di tempat A jika didorong ke tempat B, tempat A bukanlah menjadi tempat yamg kosong tetapi tempat A tetap berisi dan menjadi tempat benda gas yaitu udara. Benda gas memang tak kasat mata tetapi bisa dirasakan. Mengipaslah, kita akan merasakan adanya angin menerpa.

Diyakinkan, isi dunia ini tak pernah berkurang atau bertambah volumenya, tetapi hanya berubah bentuk atau berpindah tempat. Lihat pula gambar contoh pada buku ilmu hayat. Bagaimana perputaran isi alam terjadi terus menerus.

Seekor kerbau yang memakan rumput, lalu membuang kotorannya kembali ke rumput, menjadi pupuk menyuburkan tanah, menghasilkan tumbuhan, yang kelak dimakan manusia, dan seterusnya. Bagaimana binatang besar memangsa binatang yang lebih kecil, binatang buas mengunyah binatang lemah, itulah mungkin kodratnya. Namun meskipun begitu ikhlas kedengarannya tetapi hitungan matematikanya harus tetap dijaga. Keseimbangan alam ini sudah diatur oleh Yang Pencipta, sehingga memang harus tetap dijaga agar tetap stabil.

Bayangkanlah kalau semua binatang di alam ini berubah menjadi nyamuk seluruhnya, atau semua menjadi harimau, karena hewan lainnya semua mati musnah. Siapakah yang mau mengorbankan diri atas sesamanya?

Bayangkan pula kalau bangsa manusia semua menjadi rakyat, siapa pula jadi raja yang memimpin? Dan kalau semua jadi pemimpin, siapa pula yang dipimpin? Itulah, meskipun ikhlas kedengarannya, tetapi memang harus tetap dijaga perbandingan kehadiran dari para makhluk di alam ini..

Kalau saja yang memenuhi alam ini semata pohonan, apakah ilalang sampai menjulang langit? Kalau yang menempati alam ini hanya hewan? Apakah kambing menjadi buas karena dia selalu memakan daging merah? Atau kalau semuanya manusia? Jika manusia itu kelaparan, siapa yang akan memakan siapa?

Sekarang, bayangkanlah kalau seluruh makhluk di alam ini berada di wilayah Indonesia, apakah berat beban yang memuati tanah Indonesia akan melesek terendam laut? Apakah ada kemungkinannya Indonesia akan selalu berada di bagian bawah dunia karena beban bagian bumi Indonesia yang berat? Dan ketika roda dunia memang harus bergulir, menjadi tersendat karena Indonesia menjadi pengganjalnya? Adakah kemungkinan Indonesia akan mendapatkan waktu malam terus menerus? Para makhluk siangnya terus tertidur dan makhluk malamnya terus melek?

Maka bergentayanganlah para makhluk malam itu, tak pantang siang. Kita memang harus mereken juga keberadaan jumlah mereka yang bernama makhluk malam yang berkonotasi pada makhluk ghaib atau hantu ini. Mereka juga bersama kita berdiam di alam ini. Hadir tapi tak kelihatan dan karena kemampuan mereka berada di atas yang disebut benda gas, maka pantas kalau mereka disebut makhluk. Bergaya tak percaya pada kehadiran makhluk ghaib yang punya sebutan hantu, setan atau jin ini, sekali saat anda pasti akan terbentur mereka.

Jika ada kata mengalah, maka mereka telah cukup mengalah pada kehadiran makhluk hidup lainnya, terutama mengalah pada keberadaan manusia di alam ini. Itu juga, karena mereka memegang prinsip, selama tidak saling mengganggu mari kita hidup bersama dengan damai. Konon begitu.

Kita berkisar menggosipi makhluk ghaib ini. Siapapun, baik manusia yang beriman kepada kasih sayang Tuhan, maupun yang tidak percaya kepada cintaNya, punya pengetahuan bahwa makhluk ghaib yang satu ini mempunyai sifat dengki, pendendam, suka keributan. Kita percaya yang membuat kesakitan dan penderitaan kita adalah makhluk makhluk ghaib ini, apakah secara langsung mereka menganiaya kita karena kita telah melanggar prinsip keberadaan mereka, atau karena memang ada yang mendatangkan mereka kepada kita, utusan dari sesama manusia yang menjadi lawan lawan kita.

Maka manusia yang beriman akan berusaha menjauhi hal hal yang membuat mereka jadi punya urusan dengan para makhluk ghaib yang berkonotasi jahat tersebut. Kita pun berdoa.

Meskipun Yang Maha Pemberi sudah berjanji akan memberikan apa saja yang diminta oleh manusia, tetapi manusia yang beriman pasti punya malu jika mereka meminta yang neko neko kepada Yang Maha Pemberi, seperti misalnya berharap mencelakakan manusia lain betapapun jahatnya musuh itu. Karena itu, mereka akan meminta yang bagus bagus saja kepada Yang Maha Pemberi. Paling tidak isi doa tersebut bersifat netral. Tapi siapakah yang mempunyai isi doa yang bersifat netral itu? Misalnya, doa yang tidak meminta rezeki yang berlimpah, doa yang tidak meminta dijauhi dari segala penyakit, doa yang tidak meminta dinaikkan pangkat dan derajatnya?

Netral, seimbang, tidak berkurang dan tidak berlebih. Bukankah volume dunia ini tidak berkurang atau berlebih? Kita sebut saja isinya seratus persen. Kalau kita berdoa meminta rezeki yang berlimpah, berapa persenkah jumlah yang kita minta itu? Jelas kalau yang berlimpah, ya berlimpah. Berlimpah dari takaran kebutuhan kita notabene harusnya yang cukup saja. Apa lagi arti lainnya? Kenapa kita harius berdoa seperti itu? Kalau dikabulkan oleh Yang maha Pemberi. lalu untuk bagian makhluk yang lain bagaimana? Pertanyaannya : Untuk apa sampai berlimpah? O untuk didermakan lagi kepada yang lain agar nampak kamu itu welas asih? Agar ada ucapan terima kasih kepadamu? Apa tidak lebih baik kalau kamu berpikir biarlah Yang Maha Pemberi saja yang membaginya langsung, hingga orang itu juga akan mempunyai kewajiban untuk mengucapkan langsung ucapan terima kasihnya kepada Yang Maha Pemberi tanpa perantara kamu?

Sekarang kamu berdoa meminta dijauhi dari segala penyakit? Kalau memang penyakit itu adalah bagian dari isi alam ini, lalu kita meminta dijauhi, kemana mereka harus menjauh? Kemana Yang Maha Mengabulkan itu meletakkan penyakit itu? Akan kita sarankankah agar Yang Maha Mengabulkan itu memenyorongkan penyakit itu kepada makhluk lainnya? Sesama manusia, hewan atau tumbuhan? Well, kita berharap tidak berpenyakit, lalu kita biarkan saja pihak lain yang berpenyakit, begitukah?

Kita juga memohon diangkat derajatnya? Kalau semua doa seperti ini dikabulkan oleh Yang Maha Mengabulkan, di angkasa mana kita akan diletakkan? Karena isi atau jumlah buana ini tetap, maka jumlah yang berderajat tentunya akan tetap juga. Jika ada yang harus dinaikkan derajatnya, maka harus ada pula yang diturunkan atau dipensiunkan. Siapa pula yang kita harapkan untuk turun atau pensiun karena jumlah memang harus tetap?

Demi prikemanusiaan, doa netral itu memang tidak boleh berhenti.

Kemudian bagi manusia yang tak beriman pada pengasihNya yang adil yang sangat faham pada kebutuhan makhluknya, mereka yang merasa tidak puas dan tidak bisa bersyukur dan menghendaki atau ingin mendapatkan sesuatu yang aneh dan muskil, entah malu entah malas, tentu mereka akan menghindar meminta kepada Yang Esa. Tentu mereka tidak akan memohon kepada Yang Maha Mengabulkan.

Manusia yang tak percaya ini akan mengalihkan permintaan mereka kepada makhluk ghaib yang bernama jin, setan atau hantu. Utamanya jika hati mereka sedang terluka, membengkak memendam sakit. Mereka akan mencari sekutu sesama makhluk yang pendendam. Biasanya permintaan itu adalah sesuatu yang akan mengakibatkan ketidak seimbangan dan mencelakakan pihak lain.

Dalam hal ini, tentu saja bagai gayung bersambut bagi makhluk ghaib. Manusia yang tidak beriman kepada Yang Maha Mengabulkan tidak peduli pada akibatnya. Bahwa jin, setan atau hantu mempunyai jiwa dagang. Makhluk ghaib ini memang nomor satu pula nilainya. Mungkin saja merekalah yang mengajarkan cara kerja kemafiaan pada manusia, berkelompok membuat dan mempunyai jaringan kerja yang apik dan kompak serta sabar pula. Jadi yang satu mencoba menciptakan godaan dan kekeruhan pada manusia sehingga manusia ini akan kelabakan, yang lain memberikan tampilan sebagai yang welas asih, yang siap memberikan segala pertolongan. Nah mulailah makhluk ghaib ini menjual jasanya dengan harga yang sangat tinggi.

Uniknya, makhluk ghaib ini merasa rugi kalau jasanya hanya laku terjual pada satu manusia. Untuk lebih semarak dia akan terus gembar gembor menjajakan keahliannya, bahkan membuat iklan promosi dan kampanye. Yang menjanjikan akan memberikan kesenangan dan kekayaan bagi manusia. Mereka suarakan juga bahwa mereka sekuat Yang Maha Pemberi, bahkan lebih welas asih. Nyaris tidak pilih pilih. Siapa saja manusia yang meminta tolong kepada mereka akan mereka layani.

Terciptalah, terkenyataanlah, tervisualisasilah hitam putih itu. Makhluk ghaib itu sudah tiada, sudah tidak ghaib lagi dan bukan menjadi misteri lagi. Mereka meminta bayaran yang amat tinggi dan agunan yang mahal. Mereka memaksa manusia menggadaikan jasadnya yang rumah rohnya itu dan mengosongkan rumah roh itu. Lalu mereka, para jin setan dan hantu itu, merasuk ke jasad manusia, maka mereka sudah menjadi makhluk nyata sekarang.

Sekarang, karena makhluk ghaib ini sudah berubah wujud menjadi nyata sebagai manusia maka dia bukan lagi disebut makhluk ghaib jin setan atau hantu, tetapi sudah disebut manusia juga. Kemungkinan akhir adalah keinginan mereka untuk menunjukkan kepada Yang Maha Pencipta, yang menciptakan alam dan seisinya, betapa mereka juga sesakti bahkan lebih sakti dari Yang Maha Pencipta.

(Mudah mudahan kita bisa mengidentifikasi atau mencari ciri ciri mereka yang berbeda dengan manusia biasa, lalu kita publikasikan kepada teman teman kita, supaya kita awas.)

Memang dasarnya suka yang dinamis dan suka tontonan yang unik, disamping ingin mencatatkan diri dalam sejarah, para manusia jelmaan makhluk ghaib sesama penghuni alam inipun, mengadakan festifal kekejaman yang akan selalu dinilai dari waktu ke waktu tak habis habis. Pencahariannya, siapa yang paling kejam akan menjadi raja dari para pengejam pengejam lainnya. Jadi ukurannya, barang siapa yang mampu kejam bukan hanya kepada manusia yang beriman kepada Yang Maha Penyayang saja, tetapi juga kepada hewan hewan, pohonan, gunung, lautan, udara, kelestarian alam, bahkan kepada sesama makhluk ghaib yang kejampun, maka dia itulah raja dari segala raja yang kejam yang bakal dipertuan agung.

Well, apakah yang harus dilakukan oleh manusia yang beriman kepada Kekuatan Yang Pencipta, jika takut pada satu saat akan menghadapi raja yang kejam ini? Apakah harus berdoa agar Yang Pencipta menghukum yang kejam itu? Sementara yang kejam itu mengejawantah ke jasad sesama manusia? Sementara Yang Penyayang mewajibkan sesama manusia harus saling menyayangi?

Sudahkah kita mampu membedakan mana manusia asli dan mana yang jadi jadian? Lalu kalau doa kita terkabulkan, siapakah yang tercelakai oleh doa permintaan itu? Ayahku? Ibuku? Aku? Sementara pula kita sangat percaya bahwa Yang Maha Penyayang itu juga adalah Yang Maha Pintar. Percaya Dia pasti mampu memilah antara jasad manusia dan isinya yang kejam. Pasti tak akan ada kesalahan. Mengapa harus ada keraguan?

Bukan ragu. Tetapi masih netralkah doa kita? Dan apakah semua soal harus Dia juga yang mengerjakan? Pusing kepala memanggil Tuhan, sepatu kotor memanggil Tuhan, dapur berantakan memanggil Tuhan. Lalu apakah pula pekerjaan kita di alam ini, kalau sedikit sedikit memanggil Yang Maha Penyayang itu? Mau apa? Mau supaya Tuhan yang mengerjakan semua pekerjaan kecil itu atau ingin menyalahkan Tuhan dalam setiap kecelakaan?

Bukankah itu adalah cerminan dari sifat malas? Malas bergerak, lalu memanggil pembantu rumah atau seperti kita memanggil pembantu umum di lokasi film setiap kita butuh yang kecil kecil. Dalam hal ini apakah kita akan menyamakan harkat Yang Maha Pencipta sama dengan pembantu umum itu?

Lho! Ini bukan persoalan kecil! Ini persoalan besarkan?
Kita memang harus melakukan sesuatu meskipun itu sebuah doa. Terserah apakah isi doa kita itu adalah agar kita dijauhi oleh godaan godaan makhluk kejam lintah dunia, agar kita tidak tergoda untuk selalu memanggil Tuhan hanya untuk sebuah pekerjaan kecil saja. Terserah. Atau kita berdoa agar dijauhi oleh yang kejam itu, mengusirnya jauh jauh entah kemana?

Tetapi kemana? Bukankah tempat yang kejam itu memang di bumi ini bersama manuisa lainnya? Perlukah kita bertanya pada diri sendiri, bahwa kita juga sudah menjadi kejam, bahwa akankah kita menambah jumlah mereka dengan merubah bentuk kita untuk menjadi makhluk yang kejam juga dan mengusir usir sesama makhluk yang kejam yang juga berhak berada di tempatnya ini? Sudahkah kita bertukar wujud, bertukar sifat dan bertukar nama? Seperti sosok Batari Durga?

Pikirkan jugalah, bukankah di delapan penjuru angin selalu ada makhluk Tuhan yang lain? Kalau kita berharap agar Tuhan memerintahkan makhluk kejam ciptaan Nya itu pindah ke arah lain, dan makhluk Tuhan yang berada di tempat lain itu juga berdoa agar mereka tidak didekati oleh yang kejam lalu kemana pula diletakkan makhluk yang kejam ini? Ke arah mata angin yang manakah mereka pindah?

Doa manusia siapakah yang dilayani oleh Tuhan? Tidakkah kamu berpikir bahwa makhluk ghaib itu adalah makhluk ciptaan Tuhan juga, adakah kemungkinan mereka juga berdoa dan meminta kepada Tuhan agar manusialah yang harus dimusnahkan dari muka bumi ini?

Kita berdoa agar makhluk ghaib itu dihilangkan saja dari muka bumi, mereka memang sudah menghilang, tak kelihatan. Kita berdoa agar mereka musnah, mereka memang sudah musnah. Makhluk ghaib itu sudah tak ada, karena mereka sudah berubah wujud menjadi manusia yang memiliki gen, mereka berpindah tempat tidak dekat kamu tetapi dekat saya, atau tidak dekat saya tetapi di dekat kamu. Semakin dia nyata, semakin kita tidak mengenalinya lagi.

Kita istighazah aneka ragam doa. Bukankah kita sudah membuat Tuhan menjadi bingung yang akhirnya geregetan melayani permohonan kita yang beraneka ragam itu? Hati hati, bingung adalah sebuah nama sifat yang menjadi proses awal dari sebuah kemurkaan

Volume alam ini tidak berkurang atau berlebih, tetapi hanya berubah wujud atau berganti tempat.
Semoga menikmati hidangan malam minggu ini, :))


Nani Tandjung
Pemain Teater
Manggarai 20 September 2004
Bekasi, 03 April 2010